Kamis, 09 April 2020

Satu Hari Baik (Cerpen)



Aku Dyra, seorang mahasiswi semester 3 dengan jurusan Penyiaran, dan kebetulan aku juga seorang penyiar radio dikampus ku. Aku lebih sering berada disalah satu cafe yang kebetulan tempatnya ada didekat kampus, bukan bukan aku bukan tipe orang yang suka duduk di café sambil bermain laptop dan menuliskan sesuatu, tetapi karena pada jam-jam tertentu aku harus memulai siaran. Selain itu juga pegawai dan barista disini lebih banyak teman-teman ku, jadi kadang saat mereka sedang tidak sibuk mereka memilih untuk menemani ku mengisi waktu luang.

Saat itu aku sedang duduk bersama salah satu teman ku, Anna dan juga beberapa tugas nya yang belum terselesaikan.
“An, ngerjain apasi?” tanyaku padanya.
“Ini loh editan yang ini, tadi udah hampir selesai…”
“Tapi ke close, dan aku lupa save. Basi banget ah, makanya biasain apa apa save dulu. Kelabakan sendiri kan sekarang” lanjut ku pada Anna.
“Bawel deh, aku lagi pusing nih. Gaada niatan buat bantuin apa Dyr?” tanya nya
Sorry to say, gak sayang, karena editan yang kamu buat itu terlalu bikin pusing, hehe”
“Pelit dasar, ntar lagi aja deh ngerjainnya. Pusing aku. Eh iya tugas-tugas kamu gimana? Jangan siaran terus yang dipikirin. Tugas kuliah juga penting kali.” Kata Anna memperingati.
Anna memang seperti itu, dia terlalu peduli dengan sahabatnya. Bahkan saat dia sendiri sedang pusing dengan tugas-tugasnya, dia masih saja memperhatikan sahabatnya yang kadang suka malas untuk mengerjakan tugasnya itu.
“Udah ah aku balik duluan aja”
“Eh tapi mendung An, yakin mau balik sekarang?
“Iya deh Dyr, aku pengen ngerjain tugas ini dirumah” jelasnya.
“Yaudah, aku juga sebentar lagi siaran. Hati-hati ya”
Lalu Anna mengiyakan dan langsung pamit untuk pulang, dan aku masih di café sambil menunggu, jam siaran ku.

Tiba-tiba datang seorang laki-laki dengan badan yang tidak terlalu tinggi, menggunakan kacamata, dan memiliki rambut yang sudah sedikit panjang, tidak lupa dengan menggunakan sepatu convers yang sepertinya sudah sering dipakai, dia bertanya apa kursi depan ku ini kosong atau tidak karena posisinya cafe sedang penuh, dan akhirnya aku memperbolehkan laki-laki itu untuk duduk. Awalnya tidak ada percakapan diantara kami, sampai akhirnya dia mulai membuka obrolan.
“Kamu kuliah?” Tanya dia untuk membuka obrolan diantara kami.
“Iya, kampus ku dekat sini. Kamu?” Tanya ku basa-basi
“Sama. Jurusan apa? Saya teknik” tanya dia, sekaligus menjelaskan jurusan kuliahnya.
“Ohh.. aku penyiaran” jawab ku seadanya.
“saya Naresh”
“Hah?” tanya aku bingung
“nama saya Naresh” jelas Naresh sambil tertawa kecil
“ohh haha, nama aku Dyra”
Selesai itu, tidak ada percakapan lagi. Walaupun di cafe ini sedang ramai pengunjung namun diantara kami berdua tidak ada percakapan apa-apa, dan hanya kesunyian yang menyelimuti kami berdua. Tak lama aku membuka obrolan untuk pamit pulang terlebih dahulu, karena jam siaran ku sebentar lagi.
“Resh, aku duluan ya. Aku harus kekampus lagi.” Jawab ku menjelaskan.
“oh oke, hati-hati ya”

Sampai kampus aku langsung menuju ke ruangan siaran ku yang berada dilantai 3.
Sampai disana aku bertemu dengan beberapa teman siaran ku yang memang sudah selesai dan bergegas ingin pulang.
“Eh udah dateng nih, penyiar favorit kampus hahaha” Ujar Andy yang juga menjadi penyiar radio dikampus.
“Apasih ndy, biasa aja. Udah mau pulang lo?” tanya ku.
“Iya nih Dyr, gue duluan ya. Semangat siarannya bu bos” candanya.
Lalu tidak lama, Bunga keluar dari ruangan siaran dan memberitahu ku bahwa sebentar lagi siarannya akan selesai, dan tandanya sebentar lagi giliranku.

‘This my turn babe’ Ucapku dalam hati dengan senang, karena jujur saat aku sedang suntuk dengan tugas-tugas kuliah, siaran radio inilah yang bisa membantuku untuk menjadi lebih santai dan rileks kembali. Sekarang aku sudah berada diruang siaran ku. 

“4…3…2…1. Selamat malam teman-teman semua. Balik lagi sama gue Dyra di Radio Asik Kampus FM, apa kabarnya nih temen-temen semua? Semoga baik-baik aja ya. Yap seperti biasa Dyra bakalan nemenin kalian selama 1 jam kedepan. Dan sebagai pembuka gue bakal play lagu dari Rizky Febian yaitu berpisah itu mudah, dan setelah itu seperti biasa gue bakalan ada konten 'Curhat, yuk' dimana gue  bacain cerita dari temen-temen yang udah masuk nih di social media pribadi gue, jadi buat temen-temen yang baru dengerin siaran gue bisa langsung cerita aja, dan kirim ke social media Intsragam gue  @Dyrafe jadii enjoyyy!!!”

Lalu setelah dia men-play lagu dari Rizky Febian, dia membuka Social Media nya untuk melihat beberapa pesan yang sudah masuk.
@Indyranau
Kak, gimana caranya move on ya, sedih banget udah 2 tahun tapi gak bisa lupain dia
@Caramelian
Tips ldrr!!!
@Panduu13_
Tolonggg tugas gue numpuk parsss
@Shiningshimering
Skin care nya apa aja kak, kok glowinggg
@Annacan
Siaran mulu neng, belajar kaliii
@Peninggi_pelangsing
Kak tinggi banget, pasti pake produk dari kami ya
Dan masih banyak lagi pesan pesan yang membuat Dyra tertawa, namun ada satu lagi yang menarik perhatian Dyra.
@Nareshctama
Oh kamu jadi penyiar? Cocok.

“Ini Naresh yang tadi?” tanya ku pada diri sendiri, lalu melihat profile Naresh. Ternyata benar itu adalah Naresh yang tadi di cafe. Tidak lama lagu dari Rizky Febian tersebut akan segera berakhir dan Dyra segera bersiap-siap untuk siaran lagi.

“Dyra is back, hahaha. Oke deh gak usah bertele-tele kita lanjut aja ya, bukan Dyra namanya kalau gak ada segment ‘curhat, yuk’. Nah di segment ini seperti biasa gue bakalan bacain beberapa pesan yang udah masuk nih di social media gue, dan siapa tau gue bisa bantu ngasih saran juga, jadi let’s get start it. Oke yang pertama dari @Indyranau, Kak, gimana caranya move on ya, sedih banget udah 2 tahun tapi gak bisa lupain dia, aduh kasian kamu Indyra kalau menurut aku sih ya, kamu harus cari-cari kegiatan yang posistif, karena aku yakin sih saat kita udah punya kesibukan yang positif hal-hal kaya gitu pasti lebih cepet lupa juga. Jadi semangat yuk Ndy cari kegiatan posistifnya, aku tau kamu bisa. Semanagat!! Oke yang kedua dari @Caramelian Tips ldrr!!! Wadoohh nengg, gue sendiri sih gak menyarankan sama sekali buat ldr, meskipun zaman sekarang udah canggih yaa. Tapi tetep aja gak bisa kita pungkiri godaan datengnya dari mana aja say, jadi kalau menurut gue mending gak usah sama sekali daripada ldr. Capeee!!”

“Selanjutnya nih ya dari temen gue sendiri @Annacan Siaran mulu neng, belajar kaliii, siap bu siapp, otw belajar nih. Tapi kelarin dulu siarannya haha. Abis itu ada dari @Shiningshimering Skin care nya apa aja kak, kok glowinggg, pake air wudhu aja ni dek haha, dan terakhir dari @Nareshctama oh kamu jadi penyiar? Cocok, aduhh makasih ya Naresh, by the way ini yang tadi ketemu kan? Next time mungkin kita bisa ketemu lagi oke? Nah itu aja deh ‘curhat, yuk’ untuk hari ini, next time Dyra bakalan nemenin kalian lagi, dannn ini dia lagu yang akan gue putar sebagai penutup dari siaran hari ini ada comethru nya dari Jeremi Zucker. Enjoyyy!!!!”

Setelah lagu Comethru sudah diputar, Dyra memilih untuk bersantai terlebih dahulu, sekalian dia kembali melihat social media nya dan melihat ternyata ada pesan masuk lagi dari Naresh.
@Nareshctama
Jadi kamu beneran penyiar?
@Dyrafe
Menurut kamu?
@Nareshctama
Bisa kita ketemu lagi? Kayanya saya mau jadi ngobrol banyak sama kamu.
@Dyrafe
Bisa, mau kapan?
Namun setelah itu tidak ada balasan lagi dari Naresh.
“Ngapain gue nungguin coba” katanya dengan nada konyolnya

Lalu setelah aku membereskan barang-barang ku, aku bergegas untuk pulang. Namun tiba-tiba aku melihat ada seorang laki-laki didepan ruangan siaran, awalnya aku mengira bahwa itu Andy, tapi…
“Ndy? Lo ngapain kesini lagi? Ada yang ketinggalan? ” Kataku.
“Ndy? Emang dari belakang mirip sama Ndy Ndy itu?”
“Loh Naresh? Kok bisa ada kamu?” Tanya ku heran
“Tadi kan kamu yang bilang, kampus kamu deket sini. Yaudah saya kesini, terus tadi didepan masih banyak orang jadi saya tanya, ruangan siaran dimana. Ketemu deh” Jelasnya.
“Padahal tadi terakhir kamu gak bales dm aku di, Instagram”
“Bukan berarti saya gak kesini kan?” Tanya nya sambil terkekeh.
“Terus sekarang mau ngapain?”
“Kamu laper? Gimana kalau kita makan? Saya tahu tempat makan enak, kamu pasti suka”
“Boleh, kebetulan aku juga udah laper”

Setelah itu kami berdua pergi makan bersama, aneh memang saat aku langsung mengiyakan ajakannya padahal kalau diingat-ingat aku mengenalnya baru beberapa jam ini. Tapi aku sendiri berfikir bahwa, dia tidak akan macam-macam juga mengingat cara berbicara terdengar lebih sopan. Mungkin.
“Kamu mau ajak aku kemana Resh?” Tanya ku, karena saat aku melihat jalanan aku merasa kurang mengenal jalanan tersebut.
“Kita makan di angkringan tempat biasa saya makan, gak apa-apa kan?”
“ohh gak apa-apa, aku juga sering makan di angkringan sama teman-teman SMA ku”
“Kamu jangan takut saya culik, saya gak berani nyulik anak orang haha” candanya

Tidak lama kami sampai ditempat yang dimaksud oleh Naresh tadi, kalau diceritakan tempatnya tidak berbeda dari angkringan lainnya, yang kami duduk lesehan, lalu tidak lupa dengan gerobak berwarna coklat yang sudah menjadi ciri khasnya.
“Eh dek Naresh, tumben kesini sama temen perempuannya biasanya sama dek Arif terus” kata bapak-bapak yang melayani diangkringan tersebut
“Iya pak, kenalin namanya Dyra, saya baru kenal dia tadi”
“Halo pak, saya Dyra” sapa ku.
Dan bapak tersebut tersenyum sambil berkata yang intinya sering-sering ya untuk makan disini. Lalu kami memesan makanan dan minuman, seperti nasi kucing dan juga ada beberapa sate yang sudah disediakan diatas meja.
“Ini deket rumah kamu Resh?” Tanya ku membuka obrolan.
“Enggak, waktu itu saya habis nganterin ibu saya kerumah temennya, abis itu saya kesasar dan karena saya lagi lapar juga jadi saya cari makan, ketemu deh tempat ini” Katanya menjelaskan.
“Terus jadi ketagihan?”
“Iya. Oh iya Dyr, saya mau nanya. Kenapa kamu mau jadi penyiar dikampus mu? Kamu dipilih atau…”
“Aku yang mengajukan diri waktu itu” Potong ku.
“Kenapa emang?”
“Hmm.. gimana ya, dari dulu aku suka kalau denger podcast, terus ngobrol sama orang, ditambah dengerin radio juga aku suka, jadi yaudah deh”
“Kenapa kamu suka dengerin radio? Padahal kan anak sekarang lebih milih buat nonton youtube dan social media lainnya” Tanya nya, sekepo itu dia memang.
“Keren aja menurut aku, aku bisa terkenal tapi orang cuma tahu suara ku.”
“Kamu mau jadi orang yang misterius gitu ceritanya? Gak cocok” ledeknya.

“Ih enak aja! Sekarang gantian aku yang nanya, kamu kenapa kok ngomongnya pake kata ‘kamu-saya’?”
“Emang kenapa? Ada larangannya?”
“Serius Naresh” Kataku gregetan sama dia, lalu secara reflek aku mencubit perutnya.
“Aduh sakitt, iya..iya saya jawab. Ya pengen aja, lagipula itu cara saya buat menghargai orang yang baru saya kenal.”
“Oke kalau begitu saya setuju sama kata-katamu.” Kata ku meniru gaya Naresh berbicara.
“Kamu gak usah ngomong kaya gitu ke saya”
“Loh kenapa? Kamu kan juga harus dihargai”
“Gak cocok kamu ngomong kaya gitu” Katanya sambil mengacak rambutku.

“Kamu gak takut sama aku?” Tanya nya tiba-tiba.
“Takut? Takut kenapa?”
“Kita kan baru kenal”
“Kamu baik”
“Kalau ternyata enggak gimana?”
“Enggak gimana?”
“Yaaa siapa tahu, ternyata saya gak sesuai sama apa yang dibayangin kamu”
“Kamu aja tahu cara menghargai orang, bahkan kamu sering kesini karena abis nganterin ibu kamu. Mana ada orang jahat yang sebaik itu?”
“Alasan gak masuk akal, kamu jangan lagi terlalu percaya sama orang ya. Gak baik. Apalagi kamu perempuan” Dia menasehati ku, dan aku hanya mengangguk-angguk saja biar cepat selesai, dan aku bisa makan kembali dengan baik.

Lalu tidak lama aku dan Naresh bergegas pulang, karena hari semakin malam. Meskipun aku nge-kost namun tetap saja, aku tidak enak harus pulang terlalu larut.
“Kita sekarang sudah naik pangkat” kata Naresh saat dimotor.
“Naik pangkat? Pangkat apa?” tanyaku heran.
“Naik pangkat jadi temenan, dari yang gak kenal, jadi tahu, terus jadi temen”
“Kan bener, kamu itu baik.”
“Enggak juga”
“Kenapa kamu gak mau dibilang baik?”
“Karena saya emang gak sebaik itu”
“Kalau kamu jahat, harusnya kamu gak bawa saya ke angkringan dan bayarin makanan saya”
“Udah saya bilang…”
“Bilang apa?”
“Kamu gak cocok kalau berbicara pake kata ‘saya’ haha” Candanya.
“Ih aku serius Naresh”
“Rumah kamu dimana jadinya?”
“Oh iya aku lupa ngasih tahu, dideket kampus ku. Kamu kearah kampus ku aja dulu, abis itu belok kiri. Nanti ada gang disitu, itu  kost aku”

Selama diperjalanan aku berfikir, kenapa aku bisa se-terbuka itu dengan orang yang benar-benar baru ku kenal, dan benar juga kata dia seharusnya aku tidak seperti ini.
“Kamu gak mau turun Dyr?”
“Eh, udah sampe cepet banget”
“Kamu ngelamun aja”
“Aku jadi mikirin kata-kata kamu”
“Yang mana? Yang saya gak sebaik itu?”
“Iya”
“Terus?”
“Terus apa?”
“Kamu udah tahu jawabannya kenapa kamu bisa se-terbuka itu?”
“heheheheh, enggak. Orang tiba-tiba sampe. Gimana mau mikir”
“Yaudah saya saranin, buat temuin jawabannya. Saya pulang ya”
“Makasih traktirannya, hati-hati dijalan”
Lalu aku masuk kedalam kost ku yang sudah sepi itu padahal jam baru saja menunjukan pukul 9 malam, dan sesampainya dikamar aku mendapatkan dua pesan, yang pertama dari Anna, dan yang kedua dari Naresh.
@Nareshctama
Saya lupa minta kontak kamu, boleh minta disini?

Anna menghubungi ku melalui aplikasi Whatsapp
Anna Cantika
Aku denger-denger, ada yang abis kenal cowok nih

Kedua pesan tersebut belum aku balas, karena aku memilih untuk membersihkan badan ku terlebih dahulu. Setelah sudah, aku langsung mengambil Handphone ku dan membalas pesan masuknya.

Anna Cantika
Aku denger-denger, ada yang abis kenal cowok nih
Dyra
Siapa? Aku? Tadi aku emang abis ketemu sama cowok, Naresh namanya hehe

@Nareshctama
Saya lupa minta kontak kamu, boleh minta disini?
@Dyrafe
Kalau gak boleh gimana?
@Nareshctama
Saya balik lagi ke kost mu.
@Dyrafe
Add ID ku, Dyrafaw

Setelah itu obrolan kami pun berlanjut panjang, hampir setiap hari kami melakukan chatting, dan juga hampir setiap hari Naresh datang ke cafe untuk menemaniku mengerjakan tugas, dan juga menemaniku melakukan siaran. 
Semua baik-baik saja, sesuai dengan harapan kami. Hmm mungkin lebih tepatnya harapan ku, karena tiba-tiba saja Naresh di akun social media nya mengunggah sebuah foto dirinya dengan seorang perempuan, yang aku ketahui ternyata mantan kekasihnya dahulu, lebih tepatnya, cinta pertamanya. Saat itu aku benar-benar terkejut. Akhirnya aku memutuskan untuk bertanya kepadanya.


Dyra
Resh, kamu sudah punya kekasih?
Naresh
Iya, maaf.
Dyra
Tiba-tiba tanpa aba-aba, aku disuruh pergi?
Naresh
Aku sudah bilang, aku tidak sebaik itu dan aku juga gak sejahat itu buat bilang ini.
Dyra
Bahkan sekarang kamu lebih terlihat jahat nya.
Naresh
Maaf. Dia dulu mantan ku, cinta pertama ku. Aku masih menyukainya.
Dyra
Kita memang hanya sebuah siklus Resh, berawal dari tak kenal, menjadi tahu, lalu menjadi kenal, dan menjadi dekat bahkan sangat dekat, sampai aku gak tahu sebenernya kita ini apa. Dan lucunya kita balik  ke siklus awal, Jadi saling gak kenal lagi. Terakhir aku minta tolong sama kamu Resh, jauhi aku seperti seharusnya, dari awal kita memang ditakdirkan bukan untuk bersama. Tapi hanya untuk saling mengenal, tidak lebih.



Jakarta, 2 Febuari 2020

Writerteen